Minggu, 03 Februari 2013

PTK MGMP BAHASA INGGRIS GUGUS 03 BANDUNG BARAT



MGMP SMP BAHASA INGGRIS KEC. CIPEUNDEUY KAB. BANDUNG BARAT
TAHUN 2012
JUDUL: Penggunaan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris di Kelas VII    SMP Terbuka Binaan  SMP Negeri 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.”

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah merupakan aspek penting dalam interkasi manusia. Bahasa digunakan sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pendapat, pemikiran, dan perasaan. Kita dapat menyalurkannya baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara untuk menyampaikan pendapat, pikiran, dan perasaan adalah dengan menulis.
      Ada empat keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik di dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs  agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.      Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional ;
2.      Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global ;
3.      Mengembangkan  pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya. Adapun standar kompetensi pembelajaran keterampilan menulis untuk siswa kelas VII semester 1 adalah Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional  pendek sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat, dengan kompetensi dasar:
a.    Mengungkapkan makna gagasan dalam teks tulis fungsional pendek  sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat
b.    Mengungkapkan langkah retorika dalam teks tulis fungsional pendek  sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.
Untuk mempermudah penyampaian materi ajar, maka diperlukan media dan sumber pembelajaran yang memadai agar tujuan pembelajaran mudah dan cepat terlaksana. Penggunaan buku sumber, buku pegangan siswa sangat mutlak diperlukan di dalam sebuah proses pembelajaran. Penggunaan media ajar seperti papan tulis, bagan, chart, multi media proyektor juga diperlukan bagi seorang guru di dalam menyampaikan materi ajar.
Seperti yang telah kita maklumi bersama, bahwa banyak siswa yang tidak dapat bersekolah di SMPN 1 Cipeundeuy karena daya tampungnya terbatas, maka atas kebijakan sekolah dan pemerintah yang terkait dibukalah sekolah terbuka untuk wilayah cipeundeuy dibawah binaan SMPN 1 Cipeundeuy. Di SMP Terbuka  perangkat penunjang pembelajaran seperti papan tulis, buku sumber, buku pegangan siswa dan sarana pembelajaran kurang sama sekali.
Sedangkan untuk bahan ajar, materi disusun ke dalam bentuk modul pembelajaran. Berdasarkan pengalaman kegiatan belajar mengajar tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penggunaan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris di Kelas VII  pada Kelas  SMP Terbuka Binaan SMPN 1 Cipeundeuy  Kabupaten Bandung Barat.”
B.     Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah: Kesulitan siswa kelas VII SMP Terbuka dalam Keterampilan menulis bahasa Inggris yang dilaksanakan di kelas Binaan. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas VII  SMP Terbuka pada pelajaran bahasa Inggris?”
D.    Hipotesis Tindakan
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami keterampilan menulis bahasa Inggris, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran berupa modul yang menyajikan gambar, kosa  kata, tata bahasa yang menuntun terhadap langkah-langkah pelaksanaan keterampilan menulis. Oleh karena itu, penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Modul Pembelajaran” dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.
E.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa sekaligus membantu siswa kelas VII SMP Terbuka Kabupaten Bandung dalam keterampilan menulis bahasa Inggris. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Penguasaan keterampilan menulis siswa dalam pelajaran bahasa Inggris setelah menyelesaikan proses pembelajaran;
2.      Interaksi belajar siswa di dalam kelas Binaan selama kegiatan pembelajaran;
3.      Tanggapan siswa terhadap penggunaan modul pembelajaran dalam keterampilan menulis bahasa Inggris.
F.     Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Bagi siswa,
a.       dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terhadap pelajaran bahasa Inggris;
b.      menikmati dan memanfaatkan hasil penguasaan keterampilan menulis untuk memperluas pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
2.      Bagi guru,
a.       Dapat menerapkan penggunaan modul dalam pembelajaran keterampilan menulis;
b.      Sebagai tambahan pengetahuan dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Inggris;
c.       Merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang profesional.
3.      Bagi guru bahasa Inggris khususnya dan sekolah pada umumnya,
a.       Dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang sesuai;
b.      Tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa sehingga  tercipta peningkatan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Inggris.






BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.     Menulis
Di dalam penyampaian pesan atau mengungkapkan pendapat, pemikiran, kita dapat menggunakan beragam cara. Menulis merupakan salah satu cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui menulis kita dapat berbicara dengan pembaca. Menulis dapat diartikan sebagai membuat huruf –huruf sebagai simbol di atas permukaan. (Hornby:1974)
     Tarigan (1982:21) memberikan penjelasan tentang menulis sebagai berikut: “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.”

1.      Menulis Sebagai Sebuah Keterampilan
Menulis adalah sebuah komunikasi antara penulis dan pembaca, di mana komunikasi berlangsung secara tidak langsung dalam arti kita tidak saling bertatap muka.
      Menulis merupakan keterampilan produktif. Di dalam melaksanakan aktivitas ini, seorang penulis harus menguasai tata bahasa, struktur bahasa, kosakata. Keterampilan menulis tidak dapat ada secara otomatis, tetapi harus melalui proses pelatihan secara teratur.
Keterampilan menulis mutlak diperlukan di dunia modern. Kita dapat mengatakan menulis merupakan simbol dari orang yang terdidik atau bangsa yang terdidik. Morsey (1976;122) mengatakan: “ menulis digunakan oleh orang yang terdidik untuk menulis atau merekam, untuk melaporkan atau menceritakan dan untuk mempengaruhi, maksud dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai oleh orang yang dapat mengelola pemikiran dan mengutarakannya dengan jelas.”
Standar isi bahasa Inggris menempatkan menulis sebagai keterampilan setelah menyimak, berbicara, dan menulis.
2.      Pendekatan dalam Pembelajaran Menulis
Dikarenakan keterampilan menulis merupakan suatu hal yang kompleks dan sulit untuk diajarkan, seorang guru haruslah memiliki kemampuan menggunakan pendekatan, metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis. Menurut Bryne(1988) ada beberapa cara pendekatan di dalam pengajaran menulis:
a.       Fokus kepada akurasi
Beberapa siswa berpikiran bahwa menulis adalah mengombinasikan berbagai kalimat dan melakukan manipulasi melalui latihan. Berikut adalah contoh yang diberikan kepada siswa tentang pengalaman menulis melalui melengkapi kalimat.
A ...(1) man ... (2) walked ...(3) down the street. A … (4) girl …(5) was waiting for him outside a … (6) shop. As she approached, she smiled … (7) and said, “Hello, how are you?”
1.      Tall, young, well dressed
2.      With a bread in a black hat, with sunglasses
3.      Rapidly, hurriedly, impatiently
4.      Pretty, fair-haired, dark skinned
5.      In high-heeled shoes, with an umbrella, in a pink hat
6.      Chemist’s, grocers’, bicycle
7.      Pleasantly, attractively, in a friendly manner.
b.      Fokus kepada kelancaran
Pendekatan ini menekankan kepada siswa untuk menulis sebanyak mungkin dan secepat mungkin tanpa merasa khawatir untuk melakukan kesalahan. Hal yang utama adalah menuangkan ide seseorang ke atas kertas. Dalam hal ini siswa benar-benar merasakan  menulis, tidak hanya berlatih dengan berbagai cara. Mereka menulis apa yang ingin mereka tulis dan menghasilkan pengalaman yang menyenangkan.
c.       Fokus kepada teks
Pendekatan ini menekankan pentingnya paragraf  sebagai dasar dari keterampilan menulis dan kecenderungan pengajaran yang dilakukan dengan cara bahasa siswa merangkai dan menyusun paragraf. Cara ini dapat dilaksanakan dengan berbagai kombinasi seperti:
1.      Membentuk paragraf dari kalimat acak;
2.      Membuat paragraf berantai;
3.      Mengembangkan paragraf dari kalimat utama (dengan atau tanpa petunjuk).
d.      Fokus kepada tujuan
Kita biasanya memiliki alasan untuk menulis dan kita menulis untuk atau kepada seseorang. Sangat mudah bagi kita untuk meminta siswa menulis dengan maksud tertentu, misalnya kita dapat meminta siswa untuk menulis kepada siswa lainnya di kelas atau menulis untuk keperluan bermain peran.

B.     Modul Pembelajaran
1.      Tujuan Pengajajaran Modul          
Penggunaan modul dalam kegiatan belajar-mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien dengan cara siswa mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal. (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai:1989)
2.      Keuntungan Pengajaran Modul
Keuntungan belajar dengan menggunakan sistem modul (BP3K:1973) antara lain:
a.       Anak dapat belajar secara individual. Ia dapat belajar secara aktif dengan bantuan yang minimal dari guru.
b.      Tujuan pelajarannya dirumuskan secara khusus, berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Pengukuran dilakukan melalui evaluasi yang tepat dan dilakukan secara kontinu. Pada setiap akhir satu paket modul selalu diadakan evaluasi belajar. Alat evaluasi dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan belajar dari setiap siswa.
c.       Pengajaran modul membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kecepatan masing-masing. Modul adalah  paket program yang dapat ditempuh oleh setiap siswa menurut urutan kegiatan yang telah ditentukan. Modul dipelajari setahap demi setahap, dipelajari dari paket ke paket tanpa dipengaruhi oleh kelambanan dan kecepatan teman sebayanya, tanpa harus menunggu atau mengejar di luar kemampuannya. Bila seorang anak telah dapat menyelesaikan satu paket maka ia boleh melanjutkan pelajarannya pada paket selanjutnya secara otomatis.
Prinsip maju berkelanjutan ini tidak kita temukan dalam pengajaran  dengan sistem klasikal. Dalam sistem pengajaran klasikal terjadi kenaikan  kelas yang otomatis bagi seluruh siswa(otomatis promotion).
d.      Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self instructional. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat belajar menurut kecepatannya masing-masing. Dengan cara belajar seperti ini maka modul membuka kesempatan kepada individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
3.      Cara Siswa Belajar dengan Modul
Modul yang dikembangkan di Indonesia berbentuk buku yang memuat tujuan instruksional, topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, alat-alat dan sumber yang akan digunakan, peranan guru, kegiatan yang harus dilakukan siswa, lembar kerja siswa dan program evaluasi.(B. Suryosubroto, 1983:17)
       Langkah-langkah yang dilalui murid pada waktu belajar dengan modul adalah sebagai berikut:
a.       Mempelajari lembaran kegiatan siswa
Dengan mempelajari sendiri lembar kegiatan, siswa akan mengetahui inti pelajaran sesuai dengan topik yang disebutkan pada modul tersebut.
b.      Mengerjakan tugas-tugas pada lembaran kerja
Tugas-tugas yang dikerjakan siswa dalam lembaran kerja bisa bermacam-macam. Mungkin membaca suatu bab dari buku sumber, mengadakan percobaan-percobaan atau mengerjakan soal-soal. Bekerja pada lembaran kerja berlangsung bersamaan dengan mempelajari lembaran kegiatan. Artinya kedua kegiatan tersebut merupakan proses yang integral.
c.       Mencocokkan dengan kunci lembaran kerja
Setelah murid selesai mengerjakan tugas-tugas yang ada pada lembaran kerja berarti ia sudah selesai mempelajari lembaran kegiatan. Setelah itu kepada siswa yang bersangkutan diberikan kunci lembaran kerja agar digunakan untuk mengoreksi hasil pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang salah, murid harus mempelajarinya lagi.
d.      Mengerjakan lembaran tes
Bila seorang murid telah mengerjakan lembaran kerja dengan betul maka ia berhak mengisi lembaran tes. Sebagai realisasi dari prinsip maju berkelanjutan (continuous progress), pelaksanaan tes formatif ini secara perseorangan.
e.       Mencocokkan hasil tes dengan kunci lembaran tes
Murid yang telah selesai mengerjakan lembaran tes diberikan kunci lembaran tes dengan sepengetahuan guru untuk mencocokkan pekerjaannya. Jika ternyata ia telah mencapai tingkat penguasaan minimal (80%) atau lebih maka ia dikatakan telah selesai mempelajari modul tersebut.
C.    Hasil Penelitian yang Relevan
Eli Siti Halimah (1999:42) di dalam tulisannya menyatakan : Sistem Pembelajaran Modul (SPM) lebih efektif dibandingkan dengan sistem yang sudah biasa dilaksanakan di negara kita. Untuk itu disarankan agar pihak yang berwenang dapat mempertimbangkan penggunaan SPM ini.
       Modul memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk melakukan partisipasi aktif. Proses mendengar dan mencatat seperti yang kita temukan dalam sistem pengajaran klasikal sangat banyak dikurangi. Belajar dengan modul adalah learning by doing dan learning by problem solving.
       Modul memiliki daya penguatan yang cukup besar. Murid mempelajari modul tidak hanya sekali membaca teks modul dalam lembaran kegiataannya, namun mendapat peneguhan melalui lebaran kerja, kunci lembaran kerja, lembaran evaluasi, kunci lembaran evaluasi. Cara ini sangat kurang ditemui di pembelajaran klasikal.
D.    Kerangka Pikir
Keterampilan menulis dalam pelajaran bahasa Inggris merupakan keterampilan yang tersulit dibandingkan dengan keterampilan lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca. Untuk menguasai keterampilan menulis diperlukan sub keterampilan lainnya seperti tata bahasa, kosakata, dan ide.
     Pengajaran keterampilan menulis akan lebih sulit lagi mana kala dilakukan bukan di dalam ruang kelas, dan sarana dan sumber belajar yang kurang. Mengajar bahasa Inggris di kelas berupa Binaan memerlukan metode dan pendekatan tersendiri.
     Guru sebagai fasilitator dan motivator berperan menyediakan sarana belajar, sumber belajar yang tepat guna melayani kebutuhan siswa. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan juga menjadi perhatian tersendiri.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Waktu dan Tempat Penelitian
1.      Waktu penelitian
Penelitian dilakukan Minggu pertama bulan November 2012 hingga Minggu pertama bulan Desember 2012.
2.      Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di SMP Terbuka.
Kecamatan Cipeundeuy Kab. Bandung Barat
B.     Populasi dan Sampel
Sebagai populasi sekaligus sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Terbuka dengan jumlah total 42 orang terdiri atas 20 perempuan dan 22 laki-laki.
C.    Prosedur Penelitian
Penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan sejak Minggu pertama bulan November 2012, siklus I pelaksanaan tindakan pada tanggal 9 November 2012, dan siklus II pada tanggal 7 Desember 2012.
     Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993:48), di mana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok adalah kegiatan: perencanaan tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi.
     Desain penelitian tindakan kelas mengikuti desain model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis (Rochiati Wiraatmadja):
Refleksi Awal
Perencanaan Tindakan I
Observasi, Reflkesi, dan Evaluasi I
Pelaksanaan Tindakan I
Perencanaan Tindakan II
Obeservasi, Refleksi, dan Evaluasi II
Solusi, Temuan dan Kesimpulan
Pelaksanaan Tindakan II
 









Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1.      Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam keterampilan menulis.
2.      Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen penelitian berupa: rencana program pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), soal tes.
3.      Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data, lembar observasi dan hasil test.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: menuliskan frasa dalam kalimat padu, menyusun kata dalam bentuk sederhana. Tindakan II: . melengkapi teks fungsional pendek dengan struktur teks yang benar, menulis teks fungsional pendek.
4.      Observasi, Refleksi, dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan penulis sebagai peneliti hingga siklus kedua pada bulan Desember 2012, dibantu oleh seorang rekan sejawat yang bertindak sebagai obeserver dan berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Siklus I
NO.
Aspek Penelitian
Tindakan
Refleksi
1.




2.




3.







4.
Aktivitas Siswa



Kendala yang dihadapi



Aktivitas Guru






Ketuntasan belajar klasikal
65%




Tidak adanya prasarana seperti di kelas biasa




Cukup






43%
Perlu disediakan bahan ajar bagi siswa dan diperlukan banyak waktu untuk pengkondisian belajar.

Siswa tidak memiliki bahan ajar, sehingga mengalami kesulitan memahami pelajaran yang diberikan.

Guru mengalami kesulitan memfokuskan siswa karean tidak adanya sarana yang memadai
Suasana yang gaduh membuat guru kurang berkonsentrasi.

Waktu terlalu sedikit





Siklus II
NO.
Aspek Penelitian
Tindakan
Refleksi
1.




2.




3.







4.
Aktivitas Siswa



Kendala yang dihadapi



Aktivitas Guru






Ketuntasan belajar klasikal
87%




Sarana prasarana kurang reprensentatif



baik







61%
Perlu lebih banyak waktu untuk pengkondisian siswa



Siswa duduk di atas rumput/tikar sehingga cepat penat.


Penjelasan harus selalu menggunakan media ajar.






Model pembelajaran harus bervariasi

B.     Pembahasan
1.      Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam dua siklus kegiatan pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dibekali bahan ajar sedemikan rupa sehingga mereka tidak perlu susah payah menyalin materi yang diberikan. Kegiatan menjadi lebih menyenangkan dikarenakan siswa terbimbing dengan adanya bahan ajar sehingga tidak menggantungkan kepada kehadiran guru.
2.      Aktivitas Guru
Dalam siklus I guru mengalami kesulitan di dalam menyampaikan materi dikarenakan ini merupakan pengalaman yang baru, mengajar di luar ruang kelas. Pengkondisian siswa menjadi hal yang melelahkan karena siswa tidak memiliki tempat duduk yang tepat. Guru cepat lelah karena harus mengeluarkan energi lebih banyak. Pada siklus II pembelajaran lebih mudah, karena siswa sudah dibekali bahan ajar sehingga tidak terpaku kepada guru.
3.      Kendala yang ditemukan
Kendala awal adalah kesulitan memfokuskan siswa untuk belajar. Trauma yang mereka hadapi pascagempa bumi sulit untuk dihapuskan dari ingatannya. Hal ini membuat guru kesulitan untuk memfokuskan ke dalam pengajaran. Binaan tempat belajar juga menjadi masalah manakala panas mulai datang. Siswa tidak dapat berkonsentrasi, demikian juga ketika hujan tiba.pada siklus II siswa mulai terkondisikan dengan adanya bahan ajar yang dibuat oleh guru berupa modul. Selain di Binaan siswa dapat belajar di tempat lain yang lebih sejuk dan sepi.
4.      Ketuntasan Belajar
Hasil yang ditunjukkan oleh nilai siswa mengalami kenaikan yang cukup signifikan.pada siklus I ketuntasan 43% dan menjadi 61% pada siklus II. Rendahnya perolehan nilai pada siklus I dikarenakan siswa terlalu banyak mencatat atau menyalin materi ajar. Meskipun demikian secara keseluruhan nilai ketuntasan minimal tercapai yakni 6,0
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Penelitian tinakan kelas tentang Penggunaan Modul Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa telah dilaksanakan dalam dua siklus, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Penguasaan siswa terhadap keterampilan menulis sangat baik mana kala didukung oleh media ajar, sarana pembelajaran, dan sumber ajar yang tepat.
2.      Suasana belajar sangat menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran.
3.      Pengajaran di ruang kelas standar berbeda dengan pengajaran di Binaan atau ruang terbuka lainnya.
4.      Penggunaan modul pembelajaran sangat cocok bagi pembelajaran berbasis Binaan.
B.     Saran
1.      Sebelum melaksanakan pembelajaran di Binaan, hendaknya guru mempersiapkan bahan ajar dengan seksama dan melakukan peninjauan terhadap tempat yang akan dipakai kegiatan pembelajaran guna menemukan pendekatan pengajaran yang tepat.
2.      Bagi guru yang melakukan pengajaran pada sekolah yang mengalami musibah bencana alam atau lainnya, harus lebih peka dan tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa.