MGMP SMP BAHASA INGGRIS KEC. CIPEUNDEUY KAB. BANDUNG BARAT
TAHUN 2012
JUDUL: Penggunaan Modul Pembelajaran
untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris di Kelas VII SMP Terbuka Binaan SMP Negeri 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.”
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah merupakan aspek penting
dalam interkasi manusia. Bahasa digunakan sebagai sarana berkomunikasi dengan
orang lain. Pada dasarnya bahasa
adalah alat untuk mengungkapkan pendapat, pemikiran, dan perasaan. Kita dapat
menyalurkannya baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara untuk
menyampaikan pendapat, pikiran, dan perasaan adalah dengan menulis.
Ada
empat keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik di dalam pembelajaran
bahasa Inggris, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs
ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni
berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Inggris di SMP/MTs agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi
dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional ;
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan
pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat
global ;
3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan
antara bahasa dengan budaya. Adapun standar kompetensi pembelajaran
keterampilan menulis untuk siswa kelas VII semester 1 adalah Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana untuk berinteraksi
dengan lingkungan terdekat, dengan kompetensi dasar:
a. Mengungkapkan makna gagasan
dalam teks tulis fungsional pendek
sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat
b. Mengungkapkan langkah retorika
dalam teks tulis fungsional pendek
sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat.
Untuk mempermudah penyampaian
materi ajar, maka diperlukan media dan sumber pembelajaran yang memadai agar
tujuan pembelajaran mudah dan cepat terlaksana. Penggunaan buku sumber, buku
pegangan siswa sangat mutlak diperlukan di dalam sebuah proses pembelajaran. Penggunaan
media ajar seperti papan tulis, bagan, chart, multi media proyektor juga
diperlukan bagi seorang guru di dalam menyampaikan materi ajar.
Seperti yang telah kita
maklumi bersama, bahwa banyak siswa yang tidak
dapat bersekolah di SMPN 1 Cipeundeuy karena daya tampungnya terbatas, maka
atas kebijakan sekolah dan pemerintah yang terkait dibukalah sekolah terbuka
untuk wilayah cipeundeuy dibawah binaan SMPN 1 Cipeundeuy. Di SMP Terbuka perangkat penunjang pembelajaran
seperti papan tulis, buku sumber, buku pegangan siswa dan sarana pembelajaran kurang sama sekali.
Sedangkan untuk bahan ajar,
materi disusun ke dalam bentuk modul pembelajaran. Berdasarkan pengalaman
kegiatan belajar mengajar tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “ Penggunaan Modul Pembelajaran untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris di Kelas VII pada Kelas
SMP Terbuka Binaan SMPN 1
Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah:
Kesulitan siswa kelas VII SMP Terbuka dalam Keterampilan menulis bahasa Inggris
yang dilaksanakan di kelas Binaan. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut: “ Apakah penggunaan modul pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan
menulis siswa kelas VII SMP Terbuka pada
pelajaran bahasa Inggris?”
D. Hipotesis Tindakan
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami
keterampilan menulis bahasa Inggris, dapat dilakukan dengan menggunakan media
pembelajaran berupa modul yang menyajikan gambar, kosa kata, tata bahasa yang menuntun terhadap
langkah-langkah pelaksanaan keterampilan menulis. Oleh karena itu, penulis
merumuskan hipotesis tindakan “ Modul Pembelajaran” dapat meningkatkan
keterampilan menulis siswa.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa sekaligus membantu
siswa kelas VII SMP Terbuka Kabupaten Bandung dalam keterampilan menulis bahasa
Inggris. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Penguasaan keterampilan
menulis siswa dalam pelajaran bahasa Inggris setelah menyelesaikan proses
pembelajaran;
2. Interaksi belajar siswa di
dalam kelas Binaan selama kegiatan pembelajaran;
3. Tanggapan siswa terhadap
penggunaan modul pembelajaran dalam keterampilan menulis bahasa Inggris.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi siswa,
a.
dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan terhadap pelajaran bahasa Inggris;
b.
menikmati dan memanfaatkan hasil penguasaan keterampilan menulis untuk
memperluas pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
2. Bagi guru,
a. Dapat menerapkan penggunaan
modul dalam pembelajaran keterampilan menulis;
b. Sebagai tambahan pengetahuan
dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Inggris;
c. Merupakan alat untuk
mengembangkan diri sebagai guru yang profesional.
3. Bagi guru bahasa Inggris
khususnya dan sekolah pada umumnya,
a. Dapat menjadi bahan acuan
dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran menggunakan media
pembelajaran yang sesuai;
b. Tercipta pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna bagi siswa sehingga
tercipta peningkatan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Menulis
Di dalam
penyampaian pesan atau mengungkapkan pendapat, pemikiran, kita dapat
menggunakan beragam cara. Menulis merupakan salah satu cara yang digunakan
manusia untuk berkomunikasi. Melalui menulis kita dapat berbicara dengan
pembaca. Menulis dapat diartikan sebagai membuat
huruf –huruf sebagai simbol di atas permukaan. (Hornby:1974)
Tarigan (1982:21) memberikan penjelasan
tentang menulis sebagai berikut: “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu.”
1. Menulis Sebagai Sebuah
Keterampilan
Menulis adalah sebuah komunikasi
antara penulis dan pembaca, di mana komunikasi berlangsung secara tidak
langsung dalam arti kita tidak saling bertatap muka.
Menulis
merupakan keterampilan produktif. Di dalam melaksanakan aktivitas ini, seorang
penulis harus menguasai tata bahasa, struktur bahasa, kosakata. Keterampilan
menulis tidak dapat ada secara otomatis, tetapi harus melalui proses pelatihan
secara teratur.
Keterampilan menulis mutlak
diperlukan di dunia modern. Kita dapat mengatakan menulis merupakan simbol dari
orang yang terdidik atau bangsa yang terdidik. Morsey (1976;122) mengatakan: “ menulis
digunakan oleh orang yang terdidik untuk menulis atau merekam, untuk melaporkan
atau menceritakan dan untuk mempengaruhi, maksud dan tujuan tersebut hanya
dapat dicapai oleh orang yang dapat mengelola pemikiran dan mengutarakannya
dengan jelas.”
Standar isi bahasa Inggris
menempatkan menulis sebagai keterampilan setelah menyimak, berbicara, dan
menulis.
2. Pendekatan dalam Pembelajaran
Menulis
Dikarenakan keterampilan menulis
merupakan suatu hal yang kompleks dan sulit untuk diajarkan, seorang guru
haruslah memiliki kemampuan menggunakan pendekatan, metode yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran menulis. Menurut Bryne(1988) ada beberapa cara
pendekatan di dalam pengajaran menulis:
a. Fokus kepada akurasi
Beberapa
siswa berpikiran bahwa menulis adalah mengombinasikan berbagai kalimat dan
melakukan manipulasi melalui latihan. Berikut adalah contoh yang diberikan
kepada siswa tentang pengalaman menulis melalui melengkapi kalimat.
A
...(1) man ... (2) walked ...(3) down the street. A … (4) girl …(5) was waiting for him outside a … (6) shop.
As she approached, she smiled … (7) and said, “Hello, how are you?”
1.
Tall, young, well
dressed
2.
With a bread in a
black hat, with sunglasses
3.
Rapidly, hurriedly, impatiently
4.
Pretty, fair-haired,
dark skinned
5.
In high-heeled shoes,
with an umbrella, in a pink hat
6.
Chemist’s, grocers’,
bicycle
7.
Pleasantly,
attractively, in a friendly manner.
b.
Fokus kepada
kelancaran
Pendekatan
ini menekankan kepada siswa untuk menulis sebanyak mungkin dan secepat mungkin
tanpa merasa khawatir untuk melakukan kesalahan. Hal yang
utama adalah menuangkan ide seseorang ke atas kertas. Dalam hal ini siswa
benar-benar merasakan menulis, tidak
hanya berlatih dengan berbagai cara. Mereka menulis apa yang ingin mereka tulis
dan menghasilkan pengalaman yang menyenangkan.
c. Fokus kepada teks
Pendekatan
ini menekankan pentingnya paragraf sebagai dasar dari keterampilan menulis dan
kecenderungan pengajaran yang dilakukan dengan cara bahasa siswa merangkai dan
menyusun paragraf. Cara ini dapat dilaksanakan dengan berbagai kombinasi
seperti:
1. Membentuk paragraf dari
kalimat acak;
2. Membuat paragraf berantai;
3. Mengembangkan paragraf dari
kalimat utama (dengan atau tanpa petunjuk).
d. Fokus kepada tujuan
Kita
biasanya memiliki alasan untuk menulis dan kita menulis untuk atau kepada
seseorang. Sangat mudah bagi kita untuk meminta siswa menulis dengan maksud
tertentu, misalnya kita dapat meminta siswa untuk menulis kepada siswa lainnya
di kelas atau menulis untuk keperluan bermain peran.
B. Modul Pembelajaran
1. Tujuan Pengajajaran Modul
Penggunaan modul dalam kegiatan belajar-mengajar bertujuan agar tujuan
pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien dengan cara siswa mengikuti
program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak
belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan
bahan pelajaran secara optimal. (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai:1989)
2. Keuntungan Pengajaran Modul
Keuntungan belajar dengan menggunakan
sistem modul (BP3K:1973) antara lain:
a. Anak dapat belajar secara individual. Ia
dapat belajar secara aktif dengan bantuan yang minimal dari guru.
b. Tujuan pelajarannya dirumuskan secara
khusus, berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Pengukuran
dilakukan melalui evaluasi yang tepat dan dilakukan secara kontinu. Pada setiap
akhir satu paket modul selalu diadakan evaluasi belajar. Alat evaluasi
dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan belajar dari setiap siswa.
c. Pengajaran modul membuka kesempatan kepada
siswa untuk maju berkelanjutan menurut kecepatan masing-masing. Modul adalah paket program yang dapat ditempuh oleh setiap
siswa menurut urutan kegiatan yang telah ditentukan. Modul dipelajari setahap
demi setahap, dipelajari dari paket ke paket tanpa dipengaruhi oleh kelambanan
dan kecepatan teman sebayanya, tanpa harus menunggu atau mengejar di luar
kemampuannya. Bila seorang anak telah dapat menyelesaikan satu paket maka ia
boleh melanjutkan pelajarannya pada paket selanjutnya secara otomatis.
Prinsip maju berkelanjutan ini tidak kita temukan
dalam pengajaran dengan sistem klasikal.
Dalam sistem pengajaran klasikal terjadi kenaikan kelas yang otomatis bagi seluruh siswa(otomatis
promotion).
d. Modul merupakan paket pengajaran yang
bersifat self instructional. Hal ini dimaksudkan agar setiap siswa dapat
belajar menurut kecepatannya masing-masing. Dengan cara belajar seperti ini
maka modul membuka kesempatan kepada individu untuk mengembangkan dirinya
secara optimal.
3. Cara Siswa Belajar dengan Modul
Modul yang dikembangkan di Indonesia
berbentuk buku yang memuat tujuan instruksional, topik yang akan dijadikan
pangkal proses belajar mengajar, alat-alat dan sumber yang akan digunakan,
peranan guru, kegiatan yang harus dilakukan siswa, lembar kerja siswa dan
program evaluasi.(B. Suryosubroto, 1983:17)
Langkah-langkah yang dilalui murid pada
waktu belajar dengan modul adalah sebagai berikut:
a.
Mempelajari
lembaran kegiatan siswa
Dengan mempelajari sendiri lembar kegiatan, siswa
akan mengetahui inti pelajaran sesuai dengan topik yang disebutkan pada modul
tersebut.
b.
Mengerjakan
tugas-tugas pada lembaran kerja
Tugas-tugas yang dikerjakan siswa dalam lembaran
kerja bisa bermacam-macam. Mungkin membaca suatu bab dari buku sumber,
mengadakan percobaan-percobaan atau mengerjakan soal-soal. Bekerja pada
lembaran kerja berlangsung bersamaan dengan mempelajari lembaran kegiatan.
Artinya kedua kegiatan tersebut merupakan proses yang integral.
c.
Mencocokkan
dengan kunci lembaran kerja
Setelah murid selesai mengerjakan tugas-tugas yang
ada pada lembaran kerja berarti ia sudah selesai mempelajari lembaran kegiatan.
Setelah itu kepada siswa yang bersangkutan diberikan kunci lembaran kerja agar
digunakan untuk mengoreksi hasil pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang salah,
murid harus mempelajarinya lagi.
d.
Mengerjakan
lembaran tes
Bila seorang murid telah mengerjakan lembaran
kerja dengan betul maka ia berhak mengisi lembaran tes. Sebagai realisasi dari
prinsip maju berkelanjutan (continuous progress), pelaksanaan tes formatif ini
secara perseorangan.
e.
Mencocokkan
hasil tes dengan kunci lembaran tes
Murid yang telah selesai mengerjakan lembaran tes
diberikan kunci lembaran tes dengan sepengetahuan guru untuk mencocokkan
pekerjaannya. Jika ternyata ia telah mencapai tingkat penguasaan minimal (80%)
atau lebih maka ia dikatakan telah selesai mempelajari modul tersebut.
C.
Hasil Penelitian yang Relevan
Eli Siti Halimah (1999:42) di dalam
tulisannya menyatakan : Sistem Pembelajaran Modul (SPM) lebih efektif
dibandingkan dengan sistem yang sudah biasa dilaksanakan di negara kita. Untuk
itu disarankan agar pihak yang berwenang dapat mempertimbangkan penggunaan SPM
ini.
Modul
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk melakukan partisipasi aktif.
Proses mendengar dan mencatat seperti yang kita temukan dalam sistem pengajaran
klasikal sangat banyak dikurangi. Belajar dengan modul adalah learning by doing
dan learning by problem solving.
Modul
memiliki daya penguatan yang cukup besar. Murid mempelajari modul tidak hanya
sekali membaca teks modul dalam lembaran kegiataannya, namun mendapat peneguhan
melalui lebaran kerja, kunci lembaran kerja, lembaran evaluasi, kunci lembaran
evaluasi. Cara ini sangat kurang ditemui di pembelajaran klasikal.
D.
Kerangka Pikir
Keterampilan menulis dalam pelajaran bahasa
Inggris merupakan keterampilan yang tersulit dibandingkan dengan keterampilan
lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca. Untuk menguasai keterampilan
menulis diperlukan sub keterampilan lainnya seperti tata bahasa, kosakata, dan
ide.
Pengajaran
keterampilan menulis akan lebih sulit lagi mana kala dilakukan bukan di dalam
ruang kelas, dan sarana dan sumber belajar yang kurang. Mengajar bahasa Inggris
di kelas berupa Binaan memerlukan metode dan pendekatan tersendiri.
Guru
sebagai fasilitator dan motivator berperan menyediakan sarana belajar, sumber
belajar yang tepat guna melayani kebutuhan siswa. Menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan juga menjadi perhatian tersendiri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan Minggu pertama bulan November 2012 hingga Minggu pertama bulan Desember 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di SMP Terbuka.
Kecamatan Cipeundeuy Kab. Bandung
Barat
B. Populasi dan Sampel
Sebagai populasi sekaligus sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMP Terbuka
dengan jumlah total 42 orang terdiri atas 20 perempuan dan 22 laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan sejak Minggu
pertama bulan November 2012,
siklus I pelaksanaan tindakan pada tanggal 9 November 2012, dan siklus II pada tanggal 7 Desember 2012.
Prosedur atau langkah-langkah
penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada
model yang diadopsi dari Hopkins (1993:48), di mana setiap siklus terdiri atas
empat kegiatan pokok adalah kegiatan: perencanaan tindakan pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang
urutannya dapat mengalami modifikasi.
Desain penelitian tindakan kelas
mengikuti desain model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis (Rochiati
Wiraatmadja):
Refleksi Awal
|
Perencanaan Tindakan I
|
Observasi, Reflkesi, dan Evaluasi I
|
Pelaksanaan Tindakan I
|
Perencanaan Tindakan II
|
Obeservasi, Refleksi, dan Evaluasi II
|
Solusi, Temuan dan Kesimpulan
|
Pelaksanaan Tindakan II
|
Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi
kesulitan siswa dalam keterampilan menulis.
2.
Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi
dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan yaitu menyusun instrumen
penelitian berupa: rencana program pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), soal tes.
3.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa
pelaksanaan program pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data, lembar
observasi dan hasil test.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: menuliskan frasa dalam kalimat padu, menyusun
kata dalam bentuk sederhana. Tindakan II: . melengkapi teks fungsional pendek dengan
struktur teks yang benar, menulis teks fungsional pendek.
4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya untuk
kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan penulis sebagai peneliti hingga siklus
kedua pada bulan Desember 2012, dibantu oleh seorang rekan sejawat yang bertindak sebagai obeserver dan
berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut:
Siklus I
NO.
|
Aspek Penelitian
|
Tindakan
|
Refleksi
|
1.
2.
3.
4.
|
Aktivitas
Siswa
Kendala
yang dihadapi
Aktivitas
Guru
Ketuntasan
belajar klasikal
|
65%
Tidak adanya prasarana seperti di kelas biasa
Cukup
43%
|
Perlu
disediakan bahan ajar bagi siswa dan diperlukan banyak waktu untuk
pengkondisian belajar.
Siswa
tidak memiliki bahan ajar, sehingga mengalami kesulitan memahami pelajaran
yang diberikan.
Guru
mengalami kesulitan memfokuskan siswa karean tidak adanya sarana yang memadai
Suasana
yang gaduh membuat guru kurang berkonsentrasi.
Waktu
terlalu sedikit
|
Siklus II
NO.
|
Aspek Penelitian
|
Tindakan
|
Refleksi
|
1.
2.
3.
4.
|
Aktivitas
Siswa
Kendala
yang dihadapi
Aktivitas
Guru
Ketuntasan
belajar klasikal
|
87%
Sarana prasarana kurang reprensentatif
baik
61%
|
Perlu
lebih banyak waktu untuk pengkondisian siswa
Siswa
duduk di atas rumput/tikar sehingga cepat penat.
Penjelasan
harus selalu menggunakan media ajar.
Model
pembelajaran harus bervariasi
|
B. Pembahasan
1. Keaktifan Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam dua siklus kegiatan
pelaksanaan tindakan kelas diperoleh data bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
dibekali bahan ajar sedemikan rupa sehingga mereka tidak perlu susah payah
menyalin materi yang diberikan. Kegiatan menjadi lebih menyenangkan dikarenakan
siswa terbimbing dengan adanya bahan ajar sehingga tidak menggantungkan kepada
kehadiran guru.
2. Aktivitas Guru
Dalam siklus I guru mengalami kesulitan di dalam menyampaikan materi
dikarenakan ini merupakan pengalaman yang baru, mengajar di luar ruang kelas.
Pengkondisian siswa menjadi hal yang melelahkan karena siswa tidak memiliki
tempat duduk yang tepat. Guru cepat lelah karena harus mengeluarkan energi
lebih banyak. Pada siklus II pembelajaran lebih mudah, karena siswa sudah
dibekali bahan ajar sehingga tidak terpaku kepada guru.
3. Kendala yang ditemukan
Kendala awal adalah kesulitan memfokuskan siswa untuk belajar. Trauma yang
mereka hadapi pascagempa bumi sulit untuk dihapuskan dari ingatannya. Hal ini
membuat guru kesulitan untuk memfokuskan ke dalam pengajaran. Binaan tempat
belajar juga menjadi masalah manakala panas mulai datang. Siswa tidak dapat
berkonsentrasi, demikian juga ketika hujan tiba.pada siklus II siswa mulai
terkondisikan dengan adanya bahan ajar yang dibuat oleh guru berupa modul.
Selain di Binaan siswa dapat belajar di tempat lain yang lebih sejuk dan sepi.
4. Ketuntasan Belajar
Hasil yang ditunjukkan oleh nilai siswa mengalami kenaikan yang cukup
signifikan.pada siklus I ketuntasan 43% dan menjadi 61% pada siklus II.
Rendahnya perolehan nilai pada siklus I dikarenakan siswa terlalu banyak
mencatat atau menyalin materi ajar. Meskipun demikian secara keseluruhan nilai
ketuntasan minimal tercapai yakni 6,0
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian tinakan kelas tentang Penggunaan Modul Pembelajaran dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa telah dilaksanakan dalam dua siklus,
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Penguasaan siswa terhadap keterampilan
menulis sangat baik mana kala didukung oleh media ajar, sarana pembelajaran,
dan sumber ajar yang tepat.
2. Suasana belajar sangat menentukan tingkat
keberhasilan pembelajaran.
3. Pengajaran di ruang kelas standar berbeda
dengan pengajaran di Binaan atau ruang terbuka lainnya.
4. Penggunaan modul pembelajaran sangat cocok
bagi pembelajaran berbasis Binaan.
B. Saran
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran di Binaan,
hendaknya guru mempersiapkan bahan ajar dengan seksama dan melakukan peninjauan
terhadap tempat yang akan dipakai kegiatan pembelajaran guna menemukan
pendekatan pengajaran yang tepat.
2. Bagi guru yang melakukan pengajaran pada
sekolah yang mengalami musibah bencana alam atau lainnya, harus lebih peka dan
tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa.